Selasa, 10 April 2012

Tulisan Tambahan 3_Dampak Pemilu 2009 terhadap Pendapatan Nasional, Inflasi, dan Pengangguran

BAB 1 

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
            Dampak buruk krisis ekonomi dunia, yang diawali oleh krisis keuangan di Amerika, pelan namun pasti mulai dirasakan oleh bangsa Indonesia. Bayang-bayang pemutusan hubungan kerja dan kebangkrutan industri sudah mulai terasa akhir-akhir ini. Dampak yang paling terlihat dan terasa adalah penurunan ekspor sektor-sektor primer, seperti minyak sawit dan karet, yang selama ini merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2009, perekonomian Indonesia diperkirakan akan mengalami kontraksi dan tumbuh sekitar 4,5-5,5 persen (Departemen Keuangan, 2008). Sebuah pertumbuhan yang jauh dari cukup untuk menyerap pengangguran dan pengentasan masyarakat miskin di Indonesia.
Pemilu 2009 merupakan sebuah demokrasi politik dengan dana triliunan rupiah, dapat menjadi kebijakan countercyclical yang dapat menstimulasi kegiatan ekonomi di Indonesia. Dampak Pemilu terhadap perekonomian Indonesia sangat bergantung pada seberapa besar dana yang dibelanjakan, baik oleh pemerintah maupun calon anggota legislatif. Keputusan Mahkamah Konstitusi mengenai sistem suara terbanyak ikut mempengaruhi jumlah dana yang dibelanjakan dalam Pemilu kali ini. Keputusan Mahkamah Konstitusi memberikan insentif bagi semua calon anggota legislatif, baik nomor atas maupun nomor peci, untuk berjuang keras memperoleh suara terbanyak dengan mengeluarkan dana kampanye cukup besar.

 Perumusan Masalah
            Pada pembahasan tulisan ini, kami mencoba menganalisis dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pemilihan umum tahun 2009 terhadap perekonomian negara Indonesia khususnya pada tingkat pendapatan nasional, tingkat inflasi, dan tingkat pengangguran yang akan terjadi nantinya dengan memberikan solusi berupa saran baik berupa saran kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal yang akan dilakukan oleh pemerintah sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi sebuah pertimbangan pemerintah dalam memutuskan kebijakan dan tindakan.
 
Tujuan
Karya tulis ini bertujuan untuk:
1.      Menganalisis dampak yang akan diakibatakan pada pemilihan umum tahun 2009 terhadap perekonomian Indonesia khususnya tingkat pendapatan nasional, inflasi, dan pengganguran.
2.   Memberikan solusi berupa saran kepada pemerintah untuk menetapkan kebijakan dan tindakan yang tepat.

  BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Pemilu, Pendapatan Nasional, Inflasi dan Pengangguran
Pemilihan umum adalah suatu proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.
Dalam ilmu ekonomi, pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode, biasanya selama satu tahun. Beberapa konsep pendapatan nasional antara lain adalah produk domestik bruto (Gross Domestic Product) yang merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun, produk nasional bruto (Gross National Product) meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut, produk nasional neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal, pendapatan nasional neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi, pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun, dan pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi (Wikipedia, 2009).
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi disebut deflasi (Bank Indonesia, 2008).
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya.

Uraian Dampak Pemilu 2009 dalam Perekonomian
Kondisi ekonomi global yang tertekan dan penuh ketidakpastian menyebabkan prakiraan keadaan ekonomi khususnya dalam jangka pendek menjadi jauh lebih sukar. Konsumsi masyarakat dan investasi akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2009. Pemerintah memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi akan terjadi selama semester I/2009 dan bertahap pulih kembali memasuki semester II/2009. Pola pertumbuhan ini sesuai dengan perkiraan siklus global dan pola pengeluaran pemerintah. Untuk Indonesia, tahun 2009 adalah tahun Pemilu Kegiatan kampanye partai akan mencapai puncaknya pada akhir triwulan I dan awal triwulan II. Kegiatan ini kemudian akan diikuti dengan Pemilu Presiden. Siklus Pemilu ini akan menambah permintaan dan kegiatan ekonomi.
Berdasarkan pengalaman beberapa pemilihan umum sebelumnya, kondisi Pemilu yang aman akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan berbagai peralatan maupun atribut yang digunakan partai politik dalam melakukan kampanye umumnya dipesan dari pengusaha usaha mikro, kecil, dan menengah. Segala atribut parpol dalam kampanye mulai dari kaos, sablon, atau penggantian knalpot motor yang digunakan peserta kampanye sebagian besar merupakan hasil dari UMKM sehingga akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan pengalaman periode lalu, Pemilu 2009 diperkirakan akan mendorong peningkatan konsumsi yang dialokasikan untuk barang-barang, seperti makanan, minuman, pakaian, kebutuhan persona, dan juga reklame atau publikasi kampanye.
Dana yang bergulir pada Pemilu 2009 diperkirakan mencapai Rp 29-30 triliun. Dana tersebut berasal dari dana APBN, APBD, dan dana yang terbesar adalah dana kampanye para calon anggota DPR/DPRD, DPD, dan calon presiden. Dana anggaran Pemilu 2009 yang berasal dari APBN sekitar Rp 13,5 triliun (Bappenas, 2008). Dana sumbangan pemerintah daerah seluruh Indonesia (APBD) untuk pembiayaan Pemilu sekitar Rp 1-2 triliun. Sedangkan dana kampanye calon anggota DPR/DPRD dan DPD seluruh Indonesia sekitar Rp 14-15 triliun. Berdasarkan data KPU pusat, daftar calon tetap DPR sebanyak 11.225 orang dan daftar calon tetap DPD sebanyak 1.116 orang. Dengan asumsi dana kampanye Rp 500 juta per calon anggota DPR dan Rp 1 miliar per calon anggota DPD, akan terkumpul dana sekitar Rp 6,7 triliun. Sedangkan pengeluaran dari calon anggota DPRD provinsi (33 provinsi), dengan asumsi 500 calon per provinsi dan Rp 200 juta per calon, akan terkumpul dana sekitar Rp 3,3 triliun. Sisi lain, pengeluaran calon anggota DPRD kabupaten (349 kabupaten dan 91 kota), dengan asumsi 200 calon per kabupaten dan Rp 50 juta per calon, akan terkumpul dana Rp 4,4 triliun.
      Dampak Pemilu 2009 terhadap perekonomian Indonesia adalah sebagai berikut. Pertama, kegiatan Pemilu 2009 akan mendorong pertumbuhan ekonomi sebesar 1,08 persen, sehingga proyeksi pertumbuhan tahun 2009 sebesar 4-5 persen tidaklah susah diraih. Kedua, pengeluaran Pemilu sebesar Rp 30 triliun akan membangkitkan dampak tidak langsung dalam perekonomian sebesar Rp 28 triliun. Jadi total dampak langsung dan tidak langsung Pemilu 2009 adalah Rp 58 triliun. Dampak tidak langsung dihasilkan oleh multiplier effect kegiatan kampanye yang menggairahkan aktivitas ekonomi. Kegiatan percetakan kertas suara, spanduk, pamflet, dan bendera tidak hanya akan mendorong peningkatan aktivitas di sektor-sektor tersebut, tetapi juga meningkatkan aktivitas di sektor-sektor lain yang berkaitan (backward and forward linkage). Ketiga, sektor-sektor yang akan mengalami pertumbuhan tinggi adalah sektor telekomunikasi (7,7 persen), transportasi (5 persen), sektor industri percetakan/kertas (9,4 persen), sektor industri pakaian jadi (3,4 persen), serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran (2 persen). Pertumbuhan yang lumayan tinggi di sektor industri pakaian jadi, percetakan/kertas, dan sektor perdagangan- hotel-restoran diharapkan mampu menahan laju penurunan aktivitas sektor-sektor tersebut sebagai akibat krisis global. Keempat, dampak Pemilu 2009 terhadap perekonomian di Indonesia sangat bergantung pada alokasi dana kampanye. Kampanye melalui iklan televisi dan koran memiliki multiplier effect yang rendah terhadap perekonomian. Selain itu, manfaat ekonominya lebih banyak dinikmati oleh pengusaha-pengusaha media. Sedangkan model kampanye langsung turun ke bawah, seperti membagi-bagikan sembako, kaos, dan pengobatan gratis, menghasilkan multiplier effect yang tinggi terhadap perekonomian. Para calon anggota DPR/DPRD/DPD melakukan strategi pemasaran untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat dengan membagikan sembako, memberikan hiburan, adapula yang membagikan uang saku kepada masyarakat. Hal tersebut tidak lah menyalahi etika kampanye, karena sebagai salah satu strategi mempromosikan diri.
Melalui Pendekatan Pendapatan Total
Y= C + (X-M) + G + I, Pemilu dapat membantu dalam peningkatan pendapatan nasional negara. Tingkat konsumsi masyarakat merupakan komponen yang menyumbangkan porsi dominan.

Sumber: LKM, BI 2009
Gambar 2. Pertumbuhan PDB

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2009 diprakirakan tumbuh melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut sejalan dengan perkembangan indicator penuntun konsumsi rumah tangga yang mengindikasikan siklus kontraksi akan berlangsung setidaknya hingga satu triwulan ke depan (Gambar 2). Penurunan pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan laporan diprakirakan seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat akibat turunnya penghasilan dan peningkatan jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Namundemikian, mulai menurunnya tekanan inflasi yang disusul dengan implementasi berbagai kebijakan Pemerintah seperti penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT), kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta kegiatan Pemilu diprakirakan mampu menahan laju penurunan pertumbuhan yang terlampau dalam.

 

 

Gambar 3. Derivasi kurva IS dan money supply

Berdasarkan Gambar 3 di atas, dampak dari Pemilu secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi disertai dengan tingkat transaksi uang yang tinggi sehingga menyebabkan uang yang beredar di masyarakat atau money supply akan meningkat. Peningkatan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan suku bunga turun yang secara tidak langsung akan menyebabkan investasi semakin meningkat sehingga dengan konsep perekonomian terbukaa dengan asumsi Cateris Paribus maka pendapatan nasional akan meningkat. Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan diprakirakan tumbuh melambat yaitu sebesar 4,1% (yoy).
Peningkatan Sektor Riil
            Pemilu berdampak pada peningktan kebutuhan akan perikalanan serta percetakan. Sehingga ekonomi riiil meningkat sehingga berdampak pada pendapatan masyarakat secara agregat.

Sumber: BI, 2009
Tabel 1. Pertumbuhan ekonomi-sisi penawaran

Sektor industri pengolahan pada triwulan I-2009 diprakirakan masih berada dalam tren yang melambat, yaitu tumbuh sebesar 1,7% (yoy). Namun demikian, perlambatan tersebut diperkirakan akan tertahan oleh meningkatnya permintaan domestik menjelang Pemilu. Distribusi terbesar sektor industri masih berasal dari subsektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya, subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, serta subsektor industri kimia dan barang dari karet. Sementara itu, penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan berasal dari subsektor industri alat angkutan, mesin dan peralatannya, subsektor industri makanan, minuman dan tembakau, serta subsektor industri kimia dan barang dari karet. Di sisi lain, kinerja subsektor industri yang berorientasi domestik menunjukkan adanya perbaikan pada awal triwulan I-2009. Perkiraan tertahannya perlambatan sektor industri pengolahan terlihat dari perkembangan indeks dan kapasitas produksi subsektor yang berorientasi domestik seperti subsektor industri makanan, minuman dan tembakau serta subsektor tekstil yang mengindikasikan adanya peningkatan. Namun demikian, subsektor yang berorientasi ekspor seperti subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya, serta subsektor barang galian bukan logam masih menunjukkan tren penurunan. Sementara itu, indikator dini lainnya seperti produksi mobil dan speda motor menunjukkan adanya sedikit perbaikan pada pertengahan triwulan I-2009. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh relatif stabilnya pertumbuhan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor industri sampai dengan pertengahan triwulan I-2009. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan akan tumbuh melambat pada triwulan I-2009 sebesar 5,2% (yoy). Salah satu faktor yang mendorong melambatnya pertumbuhan sektor PHR adalah menurunnya permintaan akibat melemahnya daya beli masyarakat. Namun demikian, adanya faktor Pemilu diperkirakan dapat meningkatkan permintaan domestik dan menahan laju perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan lebih lanjut. Indikator dini sektor PHR seperti indeks penjualan eceran (SPE-BI) juga menunjukkan penurunan pada pertengahan triwulan I-2009.
Sintesis
Tahun 2009 merupakan tahun demokrasi bagi Indonesia, tahun yang menentukan para legislatif, yudikatif, dan seorang presiden. Salah satu pesta demokrasi terbesar di dunia, melakukan transformasi dari era otoriter menjadi era reformasi demokrasi. Selain tahunnya pesta demokrasi, tahun 2009 hingga tahun selanjutnya merupakan masa sulit bagi Indonesia karena harus melewati badai krisis ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan, International Monetary Fund (IMF) memprediksi pertumbuhan tahun 2009 mengalami perlambatan sebesar 2,2 persen.
Mengadakan pesta demokrasi di tengah krisis global, merupakan tantangan yang cukup berat bagi pemerintah dan rakyat Indonesia. Lesunya pertumbuhan dunia usaha yang mengancam terjadinya PHK besar-besaran. Negara-negara lain sibuk merencanakan serta mencari solusi menghadapi krisis global. Indonesia, sibuk menyiapkan pesta demokrasi, apakah pemilu akan menggangu stabiltas ekonomi atau membantu menjadi pendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pemilu memerlukan dana yang besar, sehingga expenditure government mempengaruhi pendapatan total, pemilu pula merangsang masyarakat melakukan konsumsi saat proses pemilu berlangsung. Akibatnya akan terjadi multifier effect domestic yang tinggi.
Berdasarkan perhitungan pendapatan agregat, pemilu dapat menjadi penolong Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Melalui instrument konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi serta net ekspor (Y=C+G+I+(X-M)), konsumsi serta belanja pemerintah dapat menjadi  penggerak pertumbuhan ekonomi. Instrument net ekspor (X-M) dan investasi mengalami penurunan sehingga penompngnya adalah instrument konsumsi serta pengeluaran pemerintah. Pemilu diharapkan menjadi stimulus dalam meningkatkan pendapatan nasional.  Tingkat konsumsi tidak akan sebesar pada tahun 2008, tapi dengan pemilu dapat mencegah penurunan tingkat konsumsi lebih dalam. Laju pertumbuhan ekonomi bakal bertambah besar seiring dengan meningkatnya konsumsi, terutama yang berasal dari pengeluaran partai, rumahtangga maupun pemerintah. Melalui pemilu  pertumbuahan dapat ditopang dari konsumsi swasta, pemerintah.

Tabel 2. Pertumbuhan ekonomi-sisi permintaan

Terlihat dalam Tabel 2 diatas, tingkat konsumsi swasta menurun tapi pengeluaran pemerintah meningkat. Hal ini sejalan dengan kondisi yang sedang terjadi, pemerintah gencar melakukan stimulus untuk Sektor usaha sedangkan swasta mengalami perlambatan pertumbuhan akibat situasi investasi yang belum pasti.
Terus memburuknya perekonomian global semakin dirasakan dampaknya pada perekonomian domestik selama triwulan I-2009.  Hal tersebut mengakibatkan perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih lambat dari perkiraan. Perlambatan tersebut selain disebabkan oleh kinerja ekspor yang turun juga dikarenakan mulai melemahnya daya beli masyarakat. Meski demikian, berlangsungnya aktivitas ekonomi selama dilakukannya pesta demokrasi dalam rangka Pemilihan Umum, diperkirakan mampu menahan lebih jauh perlambatan ekonomi domestik. Ke depan, pada tahun 2009 perekonomian masih dihadapkan pada ketidakpastian pemulihan ekonomi global sehingga perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh lebih rendah dari yang diperkirakan pada awal tahun sebesar 4,0-5,0%. Dengan mempertimbangkan perkembangan dan prospek perekonomian tersebut, pada April 2009, Bank Indonesia kembali menurunkan BI rate sebesar 25 bps menjadi 7,5%. Penurunan BI Rate ini adalah kali kelima sejak Desember 2008. Secara akumulatif (Des 08-April 09), BI Rate telah turun sebesar 175 bps.
Selama triwulan I-2009, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesar  4,6%. Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen pertumbuhan mengalami perlambatan terutama ekspor. Namun demikian,  aktivitas ekonomi selama berlangsungnya pesta demokrasi yang ditandai oleh kampanye partai politik dan pelaksanaan pemilu di seluruh Indonesia, diperkirakan dapat mencegah perlambatan konsumsi masyarakat yang lebih dalam.
Kecenderungan penurunan tekanan inflasi terus berlanjut. Tekanan inflasi selama triwulan I-2009 masih cenderung menurun mencapai 0,36% (secara triwulanan, qtq) atau 7,92% (secara tahunan, yoy). Penurunan tekanan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh masih berlanjutnya dampak langsung dan tidak langsung dari penurunan BBM. Selain itu membaiknya ekspektasi inflasi serta melemahnya permintaan domestik juga menjadi penyumbang dari rendahnya tekanan inflasi. Sementara itu, tekanan dari harga-harga barang yang dikendalikan pemerintah (administered prices) dan harga makanan bergejolak (volatile food) juga masih rendah terkait dengan terjaganya produksi pangan domestik.
Di pasar keuangan, tekanan terhadap pasar keuangan dirasakan masih terus berlangsung walaupun membaik di akhir triwulan. Tekanan tersebut terkait dengan kinerja perusahaan-perusahaan yang belum membaik, dan masih tingginya persepsi risiko para pemilik modal. Namun, di penghujung triwulan I-2009, muncul sentimen positif di pasar keuangan sehubungan dengan bertambahnya cadangan devisa terkait dengan penerbitan global bond Pemerintah RI, peningkatan jumlah Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Pemerintah Jepang, dan penandatanganan Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) dengan Bank Sentral China.

  

BAB III

PENUTUP

Demikian makalah yang dapat kita sajikan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan  dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun, demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca.

Kami ucapkan terimakasih.

KESIMPULAN

Dampak dari Pemilu secara langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi disertai dengan tingkat transaksi uang yang tinggi sehingga menyebabkan uang yang beredar di masyarakat atau money supply akan meningkat. Peningkatan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan suku bunga turun yang secara tidak langsung akan menyebabkan investasi semakin meningkat sehingga dengan konsep perekonomian terbukaa dengan asumsi Cateris Paribus maka pendapatan nasional akan meningkat.
Selain itu, Pemilu juga akan berdampak pada inflasi yang dijelaskan ketika jumlah uang yang beredar di masyarakat meningkat dapat mengakibatkan daya beli uang semakin rendah yang artinya nilai riil dari uang tersebut semakin merurun. Kemampuan daya beli nilai riil uang tersebut secara tidak langsung menurun karena tingkat harga barang semakin meningkat dengan nilai nominal uang tersebut tetap.
Dampak positif lain dengan adananya Pemilu adalah penurunan penganguran yang ada di Negara ini yang disebabkan karena meningkatkanya kebutuhan tenaga kerja pada sektor riil dibidang makanan, minuman, tekstil, dan reklame.

DAFTAR PUSTAKA

Ø  http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi [6 April 2009]
Ø  http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum [6 April 2009]
Ø  http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflation+Targeting/Pengenalan+Inflasi/      [6 April 2009]
Ø  http://www.depkeu.go.id/Ind/ [6 April 2009]
 Ø  Mankiw, N. Gregory. 1990. Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar